Sabtu, 11 Oktober 2014

DESA SEMAAN: Sebuah Bingkai Pelestarian Budaya & Kearifan Lokal Sumenep-Madura

Keesokan harinya, sehabis subuh Rokip betapa sangat terkejut karena ternyata neng-cennengitu tidak ada di tempatnya. Dia bingung dan ketakutan. Karena sebentar lagi di harus memukul neng-cenneng itu sebagai tanda pengajian dimulai. Di tempat lain Nuron bersembunyi seraya tertawa melihat Rokip kebingungan. Dalam keadaan bingung akhirnya Rokip naik ke sebongkah batu besar dan agak bundar. Dia bermunajah kepada Tuhan memohon pertolongan dengan air mata berlinang. Sayup-sayup terdengar dari setiap air mata yang jatuh berbunyi neng…nang…neng… yang begitu nyaring. Dalam keadaan tidak percaya dia membuka matanya mencari sumber bunyi itu. Ternyata benar, bunyi itu bersumber dari sebongkah batu yang dia duduki tadi. Dia pun memukul batu itu dengan tangannya sambil berteriak,
“Semma’… Semma’ Pa Semma’… Kabbhi ka Langgar ban ka Guru.” Suara Rokip terdengar oleh Kyai Masrur yang masih di tanah Jawa. Dia pun berkata: “Sema’an.. Sema’an… Kakabbhi.”
Akhirnya desa ini pun di beri nama Sema’an dan batu cenneng itu pun sampai sekarang masih berbunyi neng…neng… ketika dipukul dengan batu atau benda lainnya.
Itulah sepenggal cerita rakyat yang menggambarkan asal muasal desa ini. Sebuah desa kecil yang terletak di wilayah Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep. Di wilayah ini, para wisatawan sih umumnya lebih mengenal pantai Salopeng. Sayang sekali, karena lebih dari itu Kecamatan Dasuk ini termasuk salah satu dari beberapa wilayah di pesisir utara yang dikenal sebagai "Gudangnya" para seniman. Tak terkecuali DESA WISATA SEMAAN ini, yang dikenal banyak melahirkan seniman pembuat topeng Madura yang memiliki karakteristik khusus dan berbeda dengan kebanyakan seni topeng di daerah lain.Tak hanya itu, desa ini juga kaya dengan cerita rakyat, seni tari dan musik, bahkan adat istiadatnya yang masih kuat.

Dan yang lebih menyenangkan lagi, tahun 2014 DESA SEMAAN menyatakan dirinya terbuka untuk umum lhooo.. Maka kemudian muncullah beberapa pertanyaan seputar seperti apakah sih sebenarnya DESA WISATA SEMAAN ini? 

Dengan menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari pusat kota Sumenep kearah tenggara, kita akan sampai di tempat ini. Namun sayang, belum ada rambu-rambu atau penanda yang jelas untuk sampai dengan mudah. 



Ketika sampai (dan kalau beruntung) kalian akan mendapatkan sebuah "sambutan khas" berupa HADRAH (masyarakat Jawa lebih mengenalnya dengan nama TERBANGAN) sebagai bentuk penyambutan khas masyarakat Madura ketika ada tamu yang berkunjung.



Konsepnya di DESA WISATA SEMAAN ini cukup menarik, karena para wisatawan diajak untuk berjalan kaki menyusuri beberapa titik (spot) yang menyajikan beberapa suguhan budaya khas masyarakat Sumenep.

A NANGGHALAH (Membajak)
Ternyata meskipun dikenal sebagai daerah yang kering, budaya pertanian di Madura cukup kuat. Nah salah satu bentuknya adalah "a nangghalah" atau membajak lahan. Dari budaya inilah kemudian lahir sebuah budaya lain yang kemudian melekat sebagai identitas orang madura yaitu Karapan Sapi. Disini para tamu diajak untuk mencoba secara langsung bagaimana proses membajak lahan serta dijelaskan pula bagian-bagian dari Nangghalah (Bajak) itu sendiri.



BATU CENNENG
Jalurnya lumayan menanjak untuk samapai di spot ini. Tapi jangan khawatir, ketika kita sampai kita akan langsung disuguhi singkong rebus dan CENGI (Sambal) khas madura dan minuman tradisional POKA'.



Batu Cenneng merupakan icon DESA WISATA SEMAAN, sebuah bongkah batu besar yang memiliki suara logam jika dipukul. Ada dua batu besar disini: Batu Lake' (Pria) dan Batu Bini' (Perempuan). Selain legenda tentang asal muasal DESA WISATA SEMAAN, Kedua batu ini juga dipercaya bagi sebagian orang untuk mengikat jodoh. (Percaya gak percaya silahkan coba sendiri).

Gak berhenti disitu, di spot ini kita juga dapat menikmati pertunjukan SARONEN yang biasanya kita kenal sebagai musik pengiring Karapan Sapi. Inilah kesenian musik yang benar-benar khas di Madura. 



Selanjutnya para tamu disuguhi sebuah pertunjukan monolog yang berupa STORY TELLING tentang asal muasal DESA WISATA SEMAAN.



Selanjutnya hadir POJHIEN TOA, sebuah kearifan lokal yang hampir punah di Sumenep/Madura. Menurut sumbernya, riatual ini biasa digunakan saat rokat desa atau upacara meminta hujan.




TANIAN LANJHENG (Halaman Panjang)
Di spot ini kita akan dijamu dengan berbagai macam hidangan khas masyarakat madura. Bersiaplah melonggarkan tali pinggang. Mulai dari nasi jagung, kuah MARONGGHI, aneka ikan laut dan beberapa jenis sambal khas akan membuat cukup kenyang beberapa hari kedepan :)




SOMBHER KACCENG
Sumber mata air inilah yang menjadi urat nadi masyarakat DESA WISATA SEMAAN. Tidak hanya bercocok tanam, bahkan untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat Semaan mengkonsumsinya langsung, cukup menyegarkan saat mencobanya. Lebih dari itu masyarakat Semaan cukup menghormati dan menjaga mata air ini terkait dengan legenda dan mitos yang menyelimuti SOMBHER KACCENG. Di lokasi ini juga, kita dapat menikmati suguhan berupa kesenian musik TONG TONG.





GALLERY DESA SEMAAN
Inilah spot terakhir. Disini tour DESA WISATA SEMAAN akan diakhiri oleh sebuah tari kontemporer anak-anak SD Semaan. Kalau tertarik dengan merchandise-nya, di gallery dipajang juga beberapa kerajinan tangan anak-anak SD Semaan dan dijual dg harga rata-rata cuma RP 4000,- 
Hasil penjualan merchandise ini akan digunakan untuk beberapa program di sekolah ini. Jadi itung-itung nyumbang boleh lah....




#tipsntrick:

  1. Karena belum tersedia rambu penunjuk jalan menuju DESA WISATA SEMAAN, sebaiknya gunakan jasa GUIDE/TRIPORGANIZER untuk menuju kesini.
  2. Sebaiknya menyediakan waktu tambahan, karena masih ada beberapa pertunjukan yang belum bisa dinikmati dengan waktu yang terbatas.
  3. Belum ada penginapan/homestay di DESA WISATA SEMAAN
  4. Info terakhir yang diterima, setiap pengunjung yang datang wajib mengenakan baju tradisional khas DESA WISATA SEMAAN yang disediakan oleh pengelola. 
  5. Tiket DESA WISATA SEMAAN


  • Perorangan: Rp. 15.000,-
  • Rombongan: Rp. 700.000,- (Untuk 10 orang)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar